Kamis, 10 November 2016

Mengapa Ada Orang Islam yang Hina #AksiDamai411? Penjelasan KH Hasyim Muzadi Ini Sangat Relevan

Kiyai Haji Ahmad Hasyim Muzadi (ilustrasi) @Republika
Aksi Damai Bela Islam dan Bela Negara II tunai digelar di Jakarta pada Jum’at (4/11). Jutaan kaum Muslimin melakukan long march dari Masjid Istiqlal menuju Istana Negara dengan tertib, santun, lancar, dan damai untuk menuntut tindakan tegas penegak hukum dan pemerintah terkait kasus penistaan agama oleh Ahok. 
Banyak pujian yang dituai kaum Muslimin. Bahkan keturunan Cina dan non-Muslim pun turut sampaikan pengakuan bahwa aksi itu berjalan dengan damai dan tidak mengganggu. Sepasang pengantin yang menikah di Gereja Katedral depan Masjid Istiqlal juga sampaikan penuturan serupa, peserta #AksiDamai411 membantu mereka untuk melalui jalan hingga sampai di gereja tanpa hambatan berarti. 
Etnis Tionghoa memuji. Non-Muslim juga memuji. Tapi, mengapa ada orang Islam yang tidak mendukung dan justru menghina #AksiDamai411 ini? 
Dalam rilis resminya terkait kasus Ahok, Kiyai Hasyim Muzadi menyampaikan 9 poin penting dengan judul Kekuatan (Energi) Al-Qur'an dan Politisasi. 
Untuk menjawab pertanyaan, mengapa ada orang Islam yang tidak mendukung bahkan melontarkan hinaan terhadap #AksiDamai411, kiranya poin keempat dari penjelasan Kiyai Hasyim Muzadi ini sangat relevan. 
“Al-Qur'an sebagai kitab suci sekaligus kitab pembeda (al-Furqan) yang membedakan antara yang hak dan yang batil. Maka tidak heran kalau kemudian kelihatan di kalangan umat Islam sendiri mana yang bertindak sebagai pejuang, sebagai pengikut perjuangan yang ikhlas tanpa pamrih, yang mengambil posisi memanfaatkan keadaan (untuk kepentingan duniawi sesaat) dan mana yang memang menyelewengkan al-Qur'an,” ungkap Kiyai Hasyim Muzadi dalam rilis resminya dan dimuat di sejumlah media. 
Sedangkan terkait sikap non-Muslim, mantan Ketua Umum PBNU ini menyebutkan dua kelompok.
“Di kalangan non-Muslim sendiri hanya sangat sedikit yang membuat konflik lintas agama dengan kaum Muslimin. Mereka adalah pihak yang sudah basah (dengan) politisasi dan kapitalisasi ekonomi serta hegemoni kekuasaan. Sedangkan mayoritas mutlak non-Muslim tetap bersatu bersama kaum muslimin dalam penegakan NKRI,” terang Pendiri sekaligus Pengasuh Pesantren al-Hikam Sekolah Tinggi Kulliyatul Qur’an Depok Jawa Barat ini. [Om Pir/Tarbawia]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar